19.53

Dasar-Dasar Ilmu Tanah (6 dari 25)

7.2 Bahan Induk

Bahan induk didefinisikan Jenny (1941) sebagai keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Beberapa jenis bahan induk tanah:
(1) batuan beku,
(2) batuan sedimen,
(3) batuan metamorf, dan
(4) bahan induk organic.

Pengertian batuan beku adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pembekuan (solidifikasi) dari magma cair. Beberapa batuan yang tergolong batuan beku adalah batuan: granit, basal, dan andesit. Batuan sediment adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pemadatan (konsolidasi) dari endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air di permukaan bumi. Beberapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batu kapur, batu pasir dan batu shale. Batuan metamorf adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bebeerapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batuan gneiss, batuan kwarsit, batuan schist, dan batuan marmer.

Sketsa perubahan bahan induk tanah mineral mulai dari magma menjadi batuan beku dan perubahan endapan hasil pelapukan batuan beku menjadi batuan sedimen serta perubahan dari batuan beku dan batuan sedimen menjadi batuan metamorf disajikan dalam Gambar 7 berikut.




Gambar 7. Sketsa dinamika perubahan tiga jenis bahan induk tanah mineral yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf .


7.2.1 Jenis-Jenis Batuan Beku

Beberapa jenis batuan beku dibedakan berdasarkan:
(1) tempat pembekuan, dan
(2) kandungan SiO2.

Berdasarkan tempat pembekuan magma, batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
(a) batuan beku dalam (flutonik),
(b) batuan beku gang (intrusi), dan
(c) batuan beku atas (ekstrusi atau batuan vulkanik).


Selain itu, berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

(a) batuan beku asam, yiatu: batuan beku dengan kandungan SiO2 tinggi atau lebih dari 65%.

(b) batuan beku intermedier, yaitu: batuan beku dengan kandungan SiO2 sedang atau berkisar antara 55% sampai dengan 65%.

(c) Batuan beku basa, yaitu: batuan beku dengan kandungan SiO2 rendah atau kurang dari 55%.



7.2.2 Jenis-Jenis Batuan Sedimen

Beberapa jenis batuan sedimen dibedakan berdasarkan jenis bahan asal endapan. Tiga jenis batuan sedimen, yaitu:
(1) batuan kapur dan dolomit, yaitu: batuan sedimen yang bahan asal endapan berupa kapur atau bahan dengan kandungan kalsium dan magnesium tinggi lebih dari 50%,

(2) batu pasir, yaitu: batuan sedimen yang bahan asalnya didominasi fraksi pasir atau kandungan pasir lebih dari 50%, dan
(3) batu shale atau batu serpih, yaitu: batuan sedimen yang bahan asal endapan didominasi fraksi liat (batu liat atau clay stone / clay shale) atau debu (siltstone). Salah satu contoh batuan sedimen disajikan dalam Gambar 8 bagian (A) berikut.


7.2.3 Jenis-Jenis Batuan Metamorf

Beberapa jenis batuan metamorf adalah:
(1) batuan schist, yaitu: batuan metamorf yang berbentuk lembar-lembar halus, contoh: schist mika,
(2) batuan gneis, yaitu: batuan metamorf yang berbentuk lembar-lembar kasar, contoh: granit gneis,
(3) batuan kuarsit, yaitu: batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir, contoh: kuarsit, dan
(4) batuan marmer, yaitu: batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur karbonat, contoh: batu marmer. Contoh salah satu jenis dari batuan metamorf disajikan dalam Gambar 8 bagian (B) berikut.




Gambar 8. Batuan sedimen (A) dan batuan metamorf (B)



7.2.4 Bahan Induk Organik

Bahan induk organik berasal dari proses akumulasi atau penimbunan dari vegetasi rawa yang terjadi secara berulang-ulang. Tanah yang terbentuk dari bahan induk organik disebut: tanah organik atau tanah gambut atau Histosol. Tanah ini dikelompokkan dalam tiga jenis berdasarkan tingkat kematangan bahan organik pembentuk tanah tersebut, yaitu:

(1) febrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus kurang dari 33% dan dicirikan dengan masih banyak terlihatnya bentuk asal dari bahan organik tersebut karena kandungan bahan organik kasar lebih dari 66%.

(2)hemik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus sedang atau berkisar antara 33% sampai dengan 66%.

(3)safrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus tinggi lebih dari 66% atau sudah mengalami pelapukan lanjut.



7.3 Iklim (Cuaca)

Dua unsur cuaca yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah:
(1) curah hujan dan
(2) temperatur.

Daerah tropis seperti Indonesia khususnya Indoensia bagian Barat memiliki curah hujan tinggi 2000 mm sampai dengan 2500 mm per tahun dengan suhu udara berkisar 28 derajat celsius sampai dengan 32 derajat celsius akan memacu percepatan rekasi kimia dalam tanah dan mempercepat proses pelapukan batuan serta proses pencucian lebih intensif. Kondisi tersebut akan menghasilkan jenis tanah dengan perkembangan horison lebih lengkap dengan kandungan kation asam yang lebih tinggi, sehingga memiliki tingkat kesuburan tanah sedang sampai rendah. Beberapa jenis tanah mineral yang ditemukan mendominasi jenis tanah di pulau Sumatera dan Kalimantan adalah: jenis podsolik merah kuning dan latosol.



7.4 Organisme / Jasad Hidup

Faktor organisme / jasad hidup yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah: vegetasi (makroflora), hewan (makrofauna) dan mikroorganisme tanah. Jasad hidup ini mempengaruhi terjadinya:
(1) akumulasi bahan organik,
(2) siklus hara tanah,
(3) proses pembentukan struktur tanah,
(4) kandungan nitrogen tanah,
(5) peningkatan infiltrasi tanah, dan
(6) penurunan erosi tanah.

Tanah yang ditumbuhi vegetasi yang berbeda akan menghasilkan tanah dengan tingkat kesuburan yang berbeda. Sebagai contoh:

(a) tanah yang ditumbuhi tanaman pinus yang berdaun sempit akan mengalami proses pencucian yang intensif sehingga membentuk tanah tidak subur. Peristiwa ini karena sempitnya penutupan tajuk tanaman menyebabkan daya rusak tanah akibat air hujan tinggi, sehingga erosi yang terjadi juga tinggi. Selain itu, bentuk daun yang sempit menyebabkan kandungan hara di daun rendah, maka siklus hara dari proses dekomposisi daun yang gugur juga rendah, sehingga tanah yang terbentuk kurang subur, dan

(b) tanah yang ditumbuhi tanaman jati yang berdaun lebar, akan memiliki penutupan tajuk tanaman yang lebih luas, sehingga mengurangi daya rusak tanah akibat butir hujan yang jatuh, sehingga menyebabkan erosi yang terjadi rendah. Daun jati yang lebar mengandung hara yang banyak dan saat jatuh akan terdekomposisi dan membebaskan hara lebih banyak, sehingga siklus hara yang terjadi lebih tinggi dan tanah yang terbentuk akan lebih subur.

0 comments: