Bakteri Pelarut Fosfat sebagai Agents Pupuk Hayati*
Oleh: Nursanti** dan Madjid***
(Bagian 3 dari 5 Tulisan)
Keterangan:
* Makalah Mata Kuliah Teknologi Pupuk Hayati pada Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya, Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.
** Program Studi Ilmu Tanaman, Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya, Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.
*** Dosen Pengasuh Mata Kuliah Teknologi Pupuk Hayati, Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya, Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.
(Bagian 3 dari 5 Tulisan)
III. TEKNOLOGI PUPUK HAYATI BAKTERI PELARUT FOSFAT
3.1. Teknik Identifikasi Bakteri
Identifikasi bakteri sangat diperlukan untuk menentukan atau mengetahui jenis bakteri yang diinginkan. Teknik identifikasi populasi bakteri dapat dilakukan dengan metode tidak langsung , yaitu berdasarkan jumlah koloni pada media yeast mannitol agar (YMA) + congored ataupun YMA + bromthymol blue (BTB). Bahan dan alat yang diperlukan adalah penangas air, mortir penumbuk steril, neraca, pipet steril, air steril, lampu bunsen,contoh tanah, petridish dan mikroskop.
Selanjutnya menurut Syarifuddin (2002) pengambilan contoh tanah dilakukan dengan cara pengamatan tanah di lapangan untuk mengetahui morfologi, klasifikasi dan penyebarannya. Pengamatan dapat dilakukan dengan sistem grade dengan jarak 250x250m atau disesuaikan dengan perubahan landscape. Selain contoh tanah profil diambil juga contoh tanah komposit pada kedalaman 0-50 cm . Contoh tanah komposit merupakan campuran homogen dari beberapa tempat pengambilan dari satuan lahan yang sama, setelah diaduk rata kemudian diambil 500gr . Tanah diupayakan dalam keadaan lembab untuk keperluan analisis di laboratorium.Alat – alat labor yang digunakan pada Gambar 24 sampai dengan Gambar 29).
Prosedur identifikasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(1) Pada bagian petridish diberi tanda sesuai dengan tingkat pengenceran yaitu10-1, 10-2, 10-3 dan seterusnya.
(2) Sebanyak 1gr contoh tanah ditumbuk dalam mortir steril kemudian dimasukkan secara aseptik bersama 9cc air steril ke dalam erlenmeyer (pengenceran 10-2), selanjutnya dikocok dengan hati-hati sampai homogen.
(3) Inokulasi secara aseptik 1cc masing-masing contoh tanah yang telah homogen ke dalam petridish steril dan tabung gelas yang berisi 9 cc air steril (pengenceran 10-3) kemudian kocok dilakukan seperti no 2.
(4) Media YMA+congored atau BTB steril yang telah diencerkan pada suhu lebih krang 500C dituangkan secara aseptik ke dalam masing-masing petridish yang telah diinokulasi, kemudian digoyang-goyang secukupnya dan biarkan sampai membeku.
(5) Inokulasi pada suhu 280C selama 8 hari dengan posisi petridish terbalik.
(6) Populasi koloni dihitung pada umur 4 hari dan 8 hari dengan menggunakan mikroskop pembesaran 1000 kali.
Jangan pernah menyangka kalau di bawah tanah adalah dunia yang sepi, khususnya di daerah akar tanaman. Sesungguhnya wilayah ini adalah wilayah yang sangat ramai, sibuk, dan hirup pikuk. Kalau kita cabut akar tanaman, lalu kita bersihkan sisa-sisa tanahnya, maka di akar itu ada milyaran ‘mahluk-mahluk halus’ yang sedang sibuk bekerja (Gambar 32 dan 33). Mahluk-mahluk itu disebut makhluk halus karena tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Mahluk ini super kecil, untuk melihatnya perlu bantuan mikroskop dengan pembesaran kurang lebih 1000x. Karena ukurannya yang super kecil, mahluk ini juga disebut mahluk mikro atau mikroba atau mikrobia (mikro = kecil, bio : mahluk hidup). Dalam secuil tanah saja terdapat milyaran mahluk-mahluk halus ini.
Mikroba pelarut fosfat (MPF) umumnya diisolasi dari contoh tanah, contoh pada Gambar 30 , 31 dan 34. MPF yang umum didapatkan antara lain dari kelompok fungi, bakteri, dan actinomicetes. Prosedur umum untuk mengisolasi MFP adalah sebagai berikut:
(1) Satu gram contoh tanah dimasukkan ke dalam 99 ml larutan garam fisiologis (0.85% NaCl) steril dan dikocok selama 24 jam atau semalam. Dari pengenceran ini diperoleh seri pengenceran 10 ext-2. Tujuan pengocokan ini agar diperoleh lebih banyak isolat, khususnya isolat fungi.
(2) Satu ml larutan dari pengenceran 10 ext. -2 ditambahkan ke dalam 99 ml larutan garam fisiologis dan dikocok/diaduk hingga tercampur merata. Langkah ini diperoleh pengenceran 10 ext. -4. Pengenceran terus dilakukan hingga seri pengencera 10 ext. - 6 s/d 10 ext. - 8.
(3) Buat medium agar Pikovskaya (5 g Ca3(PO4)2, 10 g glukosa, 0,2 gNaCl, 0,2 g KCl, 0,1 g MgSO4.7H2O, 0,5 g NH4SO4, 0,5eksrak ragi, sedikit MnSO4 dan FeSO4 dilarutkan dalam 1liter H2O, pH = 6,8)
(4) Satu ml dari setiap seri pengenceran yang telah dibuat dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Medium agar Pikovskaya yang masih cair (suhu kurang lebih 50oC) dituangkan ke dalam cawan. Cawan digoyang agar sample dan media tercampur merata.
(6) Ulangi langkah di atas secukupnya.
(7) Inkubasi dalam posisi terbalik selama beberapa hari.
(8) Mikroba yang dapat melarutkan fosfat akan membentuk zona bening di dalam medium Pikovskaya.
(9) Setelah diperoleh MPF segera dipisahkan dan dimurnikan di dalam medium Pikovskaya yang lain.
Isolat bakteri dan actinomicetes biasanya segera tumbuh pada umur 2 - 3 hari, sedangkan fungi baru mulai tumbuh setelah 1 - 2 minggu.
3.2. Teknologi Produksi dan Aplikasi
Mikrobia tanah banyak yang berperan dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman Nitrogen Fosfat dan Kalium keseluruhannya melibatkan aktivitas mikrobia.
Isroi (2004) menjelaskan beberapa jenis bakteri mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh bakteri akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat. Mikrobia atau bakteri tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai bahan biofertilizer. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat menyuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman.
Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik dapat menyuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia sepanjang bioteknologi berbasis mikroba selalu dikembangkan .
Teknologi penyubur tanah dan tanaman, dengan menggunakan pupuk hayati SMS Agrobost yang dibuat dengan teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor, suatu inokulan campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh indole acetic acid serta mikroba indigenous (mikroba tanah setempat) asli indonesia, yang sangat dibutuhkan dalam proses penyuburan tanah secara biologi antara lain Azospirillum sp, Azotobacter sp, mikroba pelarut P, Lactobacillus sp, dan mikroba pendegradasi selulosa dan Pseudomonas Sp.
Goenadi (2004) menjelaskan pada prinsipnya aktivitas mikroba tanah dapat ditingkatkan untuk kurun waktu tertentu dan bermanfaat bagi tanaman melalui introduksi mikrobia unggul yang dimaksud secara khusus diisolasi dari tanah dan dikemas dalam bahan pembawa (carrier) yang mampu menjaga reaktifitasnya dalam periode yang memadai. Agar dapat disimpan lebih lama (lebih dari setahun) maka formulasi biofertilizer ini perlu menyediakan lingkungan yang nyaman dan makanan yang cukup bagi mikroba termaksud. Kemasan dalam bentuk butiran (diameter 2-3mm) akan mempermudah aplikasinya dilapangan, tetapi pada umumnya dalam kemasan bubuk (powder).
Untuk mempertahankan kehidupan bakteri di dalam formulasi biofertilizer maka diperlukan beberapa bahan sebagai nutrisi dan tempat bertahan (Tabel 3).
Tabel 3 Formulasi Biofertilizer untuk mempertahankan inokulan bakteri
-----------------------------------------------------------
No. Formulasi Kandungan (g L-1)
-----------------------------------------------------------
(1) Glukosa 5 - 30
(2) Ca3(PO4) 2 1 - 20
(3) MgCl2.6H2O 0,5 - 20
(4) MgSO4.7H2O 0,05 - 5
(5) KCl 0,025 - 5
(6) (NH4)2SO4 0,01 - 2
(7) Bromophenol Blue 0,01 - 0,1
-----------------------------------------------------------
Selanjutnya dijelaskan juga bahwa untuk mencapai produksi yang sama dengan teknologi konvensional , penggunaan teknologi biofertilizer menghemat penggunaan pupuk kimia hingga 50% , berkurangnya pencemeran lingkungan dan dampak lebih lanjut adalah menjamin kapasitas keberlanjutan kapasitas produksi lahan.
3.3. Produk Pupuk Hayati Pelarut Fosfat
Salah satu produk pupuk hayati bakteri pelarut fosfat adalah pupuk biophos (Gambar 35) yang dapat digunakan langsung pada peningkatan pertumbuhan tanaman. Biofertilizer lain yang tersedia di pasaran antara lain Agrobost, Tiens Golden Harvest ,Miza Pluss.
Miza Plus adalah pupuk hayati berbasis mikoriza arbuskula dan telah diformulasi dengan memadukan sinergisme antara mikroba simbiotik dan non simbiotik. Secara fungsional mikroba tersebut bersinergi dalam penyediaan unsur makro P, N, dan zat pengatur tumbuh tanaman. Perbaikan rhizosfer tanaman dibuktikan dapat memperbaiki akar dan daerah perakaran tanaman sehingga pemberian Miza Plus disamping secara aktif menyediakan hara tanaman juga memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman secara berkesinambungan. Mikroba terseleksi yang terkandung dalam Miza Plus adalah bakteri penambat N non simbiotik, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman. Mikoriza di samping membantu meningkatkan status hara tanaman juga membantu meningkatkan toleransi tanaman terhadap patogen seperti patogen tular tanah.
Spesifikasi formulasi miza pluss adalah Bahan aktif : Mikoriza arbuskula, bakteri penambat N, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman. Warna : Putih-abu abu Bentuk : Granul ,Kemasan : 5 dan 25 kg, Masa simpan : 12 bulan.
Bersambung ke bagian 4 yang dapat dilihat pada pustaka dibawah:
Pustaka:
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri & Prodi Ilmu Tanaman, Program S2, Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Propinsi Sumatera Selatan. Indonesia. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.
Bahan Kuliah Online Fakultas Pertanian, Univ. Sriwijaya Oleh: Dr.Ir.Abdul Madjid,MS
Jumlah Pengunjung
About Me
- Dr. Ir. Abdul Madjid, MS
- Dosen Jurusan Tanah, Fak. Pertanian, Univ. Sriwijaya. Kampus Unsri Indralaya, Propinsi Sumatera Selatan
Categories
- Analisis P Tanah (6)
- Bahan Organik Tanah (1)
- Bakteri (1)
- Bakteri Pelarut Fosfat (4)
- Biologi Tanah (23)
- Cacing Tanah 0112 (10)
- Cacing Tanah 1320 (2)
- Citra Satelit (8)
- Citra Satelit Geo Eyes (1)
- Citra Satelit Lahat (1)
- Definisi Tanah (2)
- Fisika Tanah (7)
- Foto Udara (6)
- Foto Udara Kayu Agung (1)
- Foto Udara Lahat (1)
- Fungi Aspergillus 0110 (10)
- Fungi Aspergillus 1120 (10)
- Fungi Aspergillus 2130 (11)
- Fungi Aspergillus 3140 (10)
- Fungi Aspergillus 4150 (10)
- Fungi Aspergillus 5160 (10)
- Fungi Aspergillus 6168 (8)
- Fungi Mucor 0110 (9)
- Fungi Mucor 1115 (5)
- Fungi Penicillium (14)
- Fungi Penicillium 0110 (10)
- Fungi Penicillium 1120 (10)
- Fungi Rhizopus 0110 (10)
- Fungi Rhizopus 1120 (10)
- Fungi Rhizopus 2130 (10)
- Fungi Rhizopus 3137 (7)
- Fungi Rhizopus 3842 (5)
- Fungi Tanah (4)
- Ilmu Tanah (20)
- Kesesuaian Lahan (2)
- Kesuburan Tanah (21)
- Kimia Tanah (16)
- Kimia Tanah S2 (3)
- Klasifikasi Tanah (3)
- Kunci Jawaban Ujian (2)
- Mikoriza (1)
- Mikoriza 001010 (10)
- Mikoriza File (1)
- Model 3 Dimensi (1)
- Nilai Mata Kuliah (4)
- Nilai MK PUPUK (1)
- Peta (24)
- Peta Aceh Barat (1)
- Peta Belitang (1)
- Peta Cianjur (1)
- Peta Dunia (2)
- Peta Indonesia (1)
- Peta Indralaya (2)
- Peta Insert Banyuasin (1)
- Peta Insert Empat Lawang (1)
- Peta Insert Lahat (1)
- Peta Insert Linggau (1)
- Peta Insert Muara Enim (1)
- Peta Insert Muba (1)
- Peta Insert Musi Rawas (1)
- Peta Insert OI (1)
- Peta Insert OKI (1)
- Peta Insert OKU Induk (1)
- Peta Insert OKU Selatan (1)
- Peta Insert OKU Timur (1)
- Peta Insert Pagar Alam (1)
- Peta Insert Prabumulih (1)
- Peta Jabar Banten (1)
- Peta Jawa Tengah (1)
- Peta Jawa Timur (1)
- Peta Kab Lahat (3)
- Peta Kab Lebong (1)
- Peta Kab OI (3)
- Peta Kayu Agung (1)
- Peta Kudus (1)
- Peta Musi Rawas (1)
- Peta OKI (1)
- Peta OKU (1)
- Peta OKU Selatan (1)
- Peta OKU Timur (1)
- Peta Pagar Alam (1)
- Peta Papua (1)
- Peta Pulau Jawa (1)
- Peta Sumatera (1)
- Peta Sumsel (2)
- Peta Tabalong (1)
- Soal Kuis (2)
- Soal Ujian Mid Semester (3)
- Soal Ujian Semester (2)
- TOR (2)
- Tugas (1)
Blog Archive
-
▼
2009
(61)
-
▼
Mei
(13)
- BAKTERI PELARUT FOSFAT SEBAGAI AGENTS PUPUK HAYATI...
- BAKTERI PELARUT FOSFAT SEBAGAI AGENTS PUPUK HAYATI...
- BAKTERI PELARUT FOSFAT SEBAGAI AGENTS PUPUK HAYATI...
- BAKTERI PELARUT FOSFAT SEBAGAI AGENTS PUPUK HAYATI...
- BAKTERI PELARUT FOSFAT SEBAGAI AGENTS PUPUK HAYATI...
- TEKNOLOGI PUPUK HAYATI FUNGI PELARUT FOSFAT (Bagia...
- TEKNOLOGI PUPUK HAYATI FUNGI PELARUT FOSFAT (Bagia...
- TEKNOLOGI PUPUK HAYATI FUNGI PELARUT FOSFAT (Bagia...
- TEKNOLOGI PUPUK HAYATI FUNGI PELARUT FOSFAT (Bagia...
- TEKNOLOGI PUPUK HAYATI FUNGI PELARUT FOSFAT (Bagia...
- TEKNOLOGI PUPUK HAYATI FUNGI PELARUT FOSFAT (Bagia...
- Prospek Pupuk Hayati Mikoriza
- Mineral Tanah
-
▼
Mei
(13)
Followers
Fasilitas Pencari Isi Blog ini:
22.09
Labels: Biologi Tanah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar