Bahan Kuliah Online Fakultas Pertanian, Univ. Sriwijaya Oleh: Dr.Ir.Abdul Madjid,MS
Jumlah Pengunjung
About Me
- Dr. Ir. Abdul Madjid, MS
- Dosen Jurusan Tanah, Fak. Pertanian, Univ. Sriwijaya. Kampus Unsri Indralaya, Propinsi Sumatera Selatan
Categories
- Analisis P Tanah (6)
- Bahan Organik Tanah (1)
- Bakteri (1)
- Bakteri Pelarut Fosfat (4)
- Biologi Tanah (23)
- Cacing Tanah 0112 (10)
- Cacing Tanah 1320 (2)
- Citra Satelit (8)
- Citra Satelit Geo Eyes (1)
- Citra Satelit Lahat (1)
- Definisi Tanah (2)
- Fisika Tanah (7)
- Foto Udara (6)
- Foto Udara Kayu Agung (1)
- Foto Udara Lahat (1)
- Fungi Aspergillus 0110 (10)
- Fungi Aspergillus 1120 (10)
- Fungi Aspergillus 2130 (11)
- Fungi Aspergillus 3140 (10)
- Fungi Aspergillus 4150 (10)
- Fungi Aspergillus 5160 (10)
- Fungi Aspergillus 6168 (8)
- Fungi Mucor 0110 (9)
- Fungi Mucor 1115 (5)
- Fungi Penicillium (14)
- Fungi Penicillium 0110 (10)
- Fungi Penicillium 1120 (10)
- Fungi Rhizopus 0110 (10)
- Fungi Rhizopus 1120 (10)
- Fungi Rhizopus 2130 (10)
- Fungi Rhizopus 3137 (7)
- Fungi Rhizopus 3842 (5)
- Fungi Tanah (4)
- Ilmu Tanah (20)
- Kesesuaian Lahan (2)
- Kesuburan Tanah (21)
- Kimia Tanah (16)
- Kimia Tanah S2 (3)
- Klasifikasi Tanah (3)
- Kunci Jawaban Ujian (2)
- Mikoriza (1)
- Mikoriza 001010 (10)
- Mikoriza File (1)
- Model 3 Dimensi (1)
- Nilai Mata Kuliah (4)
- Nilai MK PUPUK (1)
- Peta (24)
- Peta Aceh Barat (1)
- Peta Belitang (1)
- Peta Cianjur (1)
- Peta Dunia (2)
- Peta Indonesia (1)
- Peta Indralaya (2)
- Peta Insert Banyuasin (1)
- Peta Insert Empat Lawang (1)
- Peta Insert Lahat (1)
- Peta Insert Linggau (1)
- Peta Insert Muara Enim (1)
- Peta Insert Muba (1)
- Peta Insert Musi Rawas (1)
- Peta Insert OI (1)
- Peta Insert OKI (1)
- Peta Insert OKU Induk (1)
- Peta Insert OKU Selatan (1)
- Peta Insert OKU Timur (1)
- Peta Insert Pagar Alam (1)
- Peta Insert Prabumulih (1)
- Peta Jabar Banten (1)
- Peta Jawa Tengah (1)
- Peta Jawa Timur (1)
- Peta Kab Lahat (3)
- Peta Kab Lebong (1)
- Peta Kab OI (3)
- Peta Kayu Agung (1)
- Peta Kudus (1)
- Peta Musi Rawas (1)
- Peta OKI (1)
- Peta OKU (1)
- Peta OKU Selatan (1)
- Peta OKU Timur (1)
- Peta Pagar Alam (1)
- Peta Papua (1)
- Peta Pulau Jawa (1)
- Peta Sumatera (1)
- Peta Sumsel (2)
- Peta Tabalong (1)
- Soal Kuis (2)
- Soal Ujian Mid Semester (3)
- Soal Ujian Semester (2)
- TOR (2)
- Tugas (1)
Blog Archive
-
▼
2010
(320)
-
▼
November
(137)
- Fungi Penicillium 001
- Fungi Penicillium 002
- Fungi Penicillium 003
- Fungi Penicillium 004
- Fungi Penicillium 005
- Fungi Penicillium 006
- Fungi Penicillium 007
- Fungi Penicillium 008
- Fungi Penicillium 009
- Fungi Penicillium 010
- Fungi Penicillium 011
- Fungi Penicillium 012
- Fungi Penicillium 013
- Fungi Penicillium 014
- Fungi Penicillium 015
- Fungi Penicillium 016
- Fungi Penicillium 017
- Fungi Penicillium 018
- Fungi Penicillium 019
- Fungi Penicillium 020
- Fungi Penicillium 021
- Fungi Penicillium 022
- Fungi Penicillium 023
- Fungi Penicillium 024
- Fungi Penicillium 025
- Fungi Penicillium 026
- Fungi Penicillium 027
- Fungi Penicillium 028
- Fungi Penicillium 029
- Fungi Penicillium 030
- Fungi Penicillium 031
- Fungi Penicillium 032
- Fungi Penicillium 033
- Fungi Penicillium 034
- Fungi Tanah 01
- Fungi Tanah 02
- Fungi Tanah 03
- Fungi Tanah 04
- Analisis Indeks Jerapan P Tanah (IJP)
- Analisis P Tanah Metode Mehlich 3
- Analisis P Tanah Metode Mehlich 1
- Analisis P Tanah Metode P Olsen
- Metode dan Prinsip Analisis P Tanah
- Analisis P Tanah Metode Bray dan Kurtz P-1
- Peta Dunia 02
- Peta Dunia 03
- Peta Pulau Jawa Indonesia
- Peta Propinsi Papua (Pulau Irian Jaya) Indonesia
- Peta Propinsi Jawa Tengah
- Peta Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Banten
- Peta Propinsi Sumatera Selatan 02
- Peta Propinsi Sumatera Selatan 03
- Peta Insert Kabupaten Empat Lawang Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten Ogan Ilir Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten Ogan Komering Ilir Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten Banyuasin Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten Musi Banyuasin Prop. Sumsel
- Peta Insert Kota Lubuk Linggau Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten Musi Rawas Prop. Sumsel
- Peta Insert Kota Prabumulih Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten Muara Enim Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten Lahat Prop. Sumsel
- Peta Insert Kota Pagar Alam Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten OKU Induk Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten OKU Selatan Prop. Sumsel
- Peta Insert Kabupaten OKU Timur Prop. Sumsel
- Peta Kayu Agung
- Peta Indonesia 01
- Foto Udara Kayu Agung 02
- Peta Administrasi Kecamatan Indralaya 02
- Peta Administrasi Kecamatan Indralaya Selatan 02
- Citra Satelit Talang Muara Sungai Buntu Kabupaten ...
- Foto Udara Kota Lahat dan Sungai Lematang
- Peta Insert Kabupaten Lahat 02
- Peta Kabupaten Lahat 01 SP
- Peta Kabupaten Lahat 02 SP
- Peta Kabupaten Musi Rawas 02 SP
- Peta Kota Pagar Alam 01
- Peta Kabupaten Aceh Barat
- Peta Jawa Timur 01
- Peta Kabupaten Lebong 01
- Foto Udara Langkisau
- Peta Pulau Sumatera 01
- Citra Satelit Geo Eyes Pasca Tsunami Mentawai
- Citra Satelit Kota Padang
- Foto Udara Kota Padang 01
- Peta Kota Kudus 01
- Peta Kabupaten Tabalong 01
- Peta Kabupaten Cianjur 01
- Peta Kawasan KTM Belitang OKU Timur 01
- Peta Kabupaten OKU Timur 01
- Peta Kabupaten OKU Selatan 01
- Peta Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) 01
- Peta Insert Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 01
- Foto Udara Kota Kayu Agung Kab OI (Butuh Digitasi...
- Foto Udara Ogan (Butuh Digitasi) 01
- Peta Insert Kabupaten Ogan Ilir (OI) 01
- Peta Kabupaten Ogan Ilir (OI) 02
- Peta Kabupaten Ogan Ilir (OI) 01
- Citra Satelit Geo Eye Teliwang 2009
-
▼
November
(137)
Followers
Fasilitas Pencari Isi Blog ini:
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 0110
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium 1120
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Labels: Fungi Penicillium
Analisis Indeks Jerapan P Tanah atau Metode IJP Tanah
Sejarah Ringkas Analisis Jerapan P Tanah:
Kapasitas Jerapan P tanah merupakan pengukuran khusus dengan melakukan percobaan kesetimbangan yang biasanya digunakan dalam metode Jerapan P Isoterm. Jerapan P Isoterm dihasilkan dari memplotkan antara jumlah P yang diadsorb tanah dari pemberian larutan P dalam berbagai konsentrasi P yang telah diketahui dengan konsentrasi P pada kondisi kesetimbangan.
Tinjauan Teori:
Sebagai contoh, Nair et al. (1984) mengusulkan berdasarkan penelitian antar laboratorium, pendekatan standar untuk menghasilkan Jerapan P Isoterm dengan menggunakan rasio tanah : larutan sebesar 1 : 25 (bobot : volume), enam deret konsentrasi P yang diketahui menggunakan KH2PO4 dalam 0,01 M CaCl2 matrik, dan waktu pencapaian kesetimbangan selama 24 jam. Hasil dari pengukuran Jerapan P Isoterm ini dapat digunakan untuk menghitung ”Jerapan P Maksimum” tanah dan besarnya ”Energi Ikatan P Tanah” dari berbagai tanah dengan sifat yang berbeda atau dari pengaruh berbagai aktivitas petani, seperti perbedaan: pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang, dan pola tanam.
Meskipun nilai Kapasitas Jerapan P sangat berguna baik pertanian maupun lingkungan, penetapan Jerapan P Isoterm ini butuh waktu lebih lama, rumit, dan mahal jika digunakan sebagai analisis rutin tanah. Dalam upaya mengatasi kendala tersebut, Bache dan Williams (1971) mengembangkan analisis P yang disebut sebagai ”P Sorption Index” yang disingkat PSI atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ”Indeks Jerapan P” yang disingkat IJP. IJP dapat mengukur Kapasitas Jerapan P tanah lebih cepat.
Hasil dari evaluasi para peneliti tersebut dengan 12 pendekatan, ternyata diperoleh nilai IJP yang dihasilkan dari titik tunggal larutan dengan konsentrasi P sebesar 50 mmol P/gram tanah. Cara ini jauh lebih mudah dengan hasil korelasi yang erat terhadap nilai kapasitas jerapan P tanah dari penelitian terhadap 42 sampel tanah yang mencakup tanah asam dan tanah berkapur dari Skotlandia, dengan nilai r = 0,97**.
Hasil tersebut diperoleh pula dari beberapa penelitian lain yang menggunakan metode IJP atau versi modifikasinya. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut diketahui bahwa hasil pengukuran nilai IJP tanah berkorelasi erat dengan hasil pengukuran nilai kapasitas jerapan P tanah dari metode Jerapan P Isoterm yang lengkap yang dilakukan terhadap beberapa tanah dengan sifat fisika dan kimia tanah yang beragam (Mozaffari dan Sims, 1994; Sharpley et al., 1984; Simard et al., 1994).
Sebagian besar peneliti menggunakan perbandingan antara P yang ditambahkan dengan tanah sebesar 1,5 gram P/kg tanah, dan hanya berbeda pada rasio tanah dengan larutan yang digunakan, jenis elektronik yang digunakan, dan lamanya waktu pengocokan. Sebagian besar versi modifikasi tersebut kurang ekektif terhadap nilai korelasi antara nilai kapasitas jerapan P tanah yang diprediksi dengan nilai IJP yang ditetapkan dari metode jerapan P lengkap.
Prosedur kerja yang disajikan dalam tulisan ini berdasarkan Bache dan Williams (1971). Uraian yang lebih rinci dan lengkap dengan berbagai pendekatan tentang ini tersaji dalam pustaka.
Alat-alat yang digunakan:
(1) Sentrifius dan tabung plastik setrifius ukuran 50 ml.
(2) Pengocok (yang dapat mengocok secara keseluruhan terhadap tanah dan larutannya).
(3) Kertas saring dengan pori kecil (ukuran pori penyaring 0,45 mm). Dan tabung vakum.
(4) Tabung Uji ukuran 50 ml yang atasnya dapat ditutup.
Pereaksi yang digunakan:
(1) Larutan Jerapan Fosfor (75 mg P per liter). Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 0,3295 gram Mono Kalium Fosfat (KH2PO4) dalam 1 liter air bebas ion. Larutan ini disimpan dalam kulkas sampai saat digunakan.
(2) Toluena atau Kloroform.
Prosedur Kerja:
(1) Ditimbang 1 gram tanah kering udara yang ukuran 2 mm, lalu dimasukkan ke dalam tabung sentrifius ukuran 50 ml.
(2) Ditambahkan sebanyak 20 ml Larutan Jerapan P (75 mg P per liter) ke dalam tabung setrifius tersebut (Ini mencapai rasio 1,5 gram P/kg tanah). Selanjutnya ditambahkan 2 tetes Toluena atau Kloroform untuk menghambat aktivitas mikrobia.
(3) Tabung tersebut diletakkan pada alat pengocok dan dilakukan pengocokan selama 18 jam pada suhu kamar 25oC s/d 27oC.
(4) Disentrifius selama 30 menit dengan kecepatan 2000 putaran per menit (rpm).
(5) Disaring menggunakan kertas saring berpori halus (ukuran pori 0,45 mm).
(6) Larutan yang sudah disaring dipindahkan dalam tabung berpenutup.
(7) Dilakukan pengukuran konsentrasi P dengan prinsip colorimetri dengan menggunakan alat Spektofotometer.
Perhitungan:

Daftar Pustaka:
(A) Pustaka Utama:
Sims, T. J. 2009. Soil Test Phosphorus: Principles and Methods.
(B) Pustaka Tambahan:
Bache, B.W., and E.G. Williams. 1971. A phosphate sorption index for soils. J. Soil Sci. 22:289-301.
Mozaffari, P.M., and J.T. Sims. 1994. Phosphorus availability and sorption in an Atlantic Coastal Plain watershed dominated by intensive, animal-based agriculture. Soil Sci. 157:97-107.
Nair, P.S., T.J. Logan, A.N. Sharpley, L.E. Sommers, M.A. Tabatabai, and T.L. Yuan. 1984. Interlaboratory comparison of a standardized phosphorus adsorption procedure. J. Environ. Qual. 13:591-595.
Sharpley, A.N., S.J. Smith, B.A. Stewart, and A.C. Mathers. 1984. Forms of phosphorus in soils receiving cattle feedlot waste. J. Environ. Qual. 13:211-215.
Simard, R.R., D. Cluis, G. Gangbazo, and A. Pesant. 1994. Phosphorus sorption and desorption indices for soils. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 25:1483-1494.
Labels: Analisis P Tanah
Analisis P Tanah Metode Mehlich 3
Sejarah Ringkas Metode Mehlich 3:
Analisis P tanah metode Mehlich 3 dikembangkan oleh Mehlich pada tahun 1984 sebagai prosedur perbaikan untuk ekstraksi multi elemen, meliputi: P, K, Ca, Mg, Cu, Fe, Mn, dan Zn (Mehlich, 1984). Saat ini, analisis P tanah metode Mehlich 3 digunakan diseluruh Amerika Serikat dan Kanada, sebab metode ini sangat sesuai untuk tanah dengan keragaman yang luas, baik tanah yang bersifat asam maupun tanah yang bersifat basa. Larutan ekstraksi Mehlich 3 dipilih oleh para pekerja laboratorium di wilayah selatan dan dijadikan sebagai prosedur referensi standar untuk pengukuran analisis P tanah (Tucker, 1992).
Tinjauan Teoritis:
Prinsip yang diterapkan dalam analisis P tanah metode Mehlich 3 adalah sama dengan prinsip dari analisis P tanah metode Bray dan Kurtz P-1, yaitu menggunakan larutan asam yang mengandung ammonium florida. Selain itu, pada analisis P tanah metode Mehlich 3 digunakan asam asetat yang berperanan juga dalam pelepasan P-tersedia dari sebagian besar tanah. Analisis P tanah metode Mehlich 3 ini lebih efektip daripada analisis P tanah metode Mehlich 1 untuk memprediksi respon tanaman terhadap P dari tanah netral sampai tanah alkalin. Hal ini disebabkan karena sifat asam dari larutan ekstraksi yang digunakan hanya sedikit yang dinetralkan akibat karbonat tanah tersebut (Tran dan Simard, 1993).
Beberpa penelitian mengungkapkan bahwa analisis P tanah metode Mehlich 3 lebih berkorelasi erat terhadap P yang terekstraksi dibandingkan dengan metode Bray dan Kurtz P-1, metode Mehlich 1 dan metode P-Olsen (Sims, 1989; Tran et al., 1990; Wolf dan Baker, 1985).
Nilai Optimum:
Hasil pengukuran analisis P tanah dengan metode Mehlich 3 dengan nilai sebesar 45 mg P/ kg tanah s/d 50 mg P/kg tanah dijadikan sebagai nilai optimum bagi pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kritis dari hasil pengukuran analisis P tanah dengan metode Bray dan Kurtz P-1, metode Mehlich 1, dan metode P-Olsen.
Alat-alat yang digunakan:
(1) Ayakan No. 10 untuik menghasilkan sampel tanah berukuran 2 mm.
(2) Sendok stainlis steel dengan standar 2 cm3 atau 1 cm3.
(3) Dispenser otomatis untuk ekstraktan yang berkapasitas 25 ml.
(4) Tabung erlenmeyer kapasitas 50 ml.
(5) Corong untuk proses penyaringan (ukuran 9 dan 11 cm).
(6) Rak tabung reaksi.
(7) Mesin pengocok dengan kecepatan kocok 200 gerakan per menit.
(8) Kertas saring Whatman No. 42 atau No. 2 atau yang serupa.
Larutan Pengekstraksi yang digunakan:
Larutan ekstraksi Mehlich 3
(0,2 M CH3COOH, 0,25 M NH4NO3, 0,015 M NH4F, 0,013 M HNO3; 0,001 M EDTA [(HOOCCH2)2NCH2CH2N(CH2COOH)2]. Larutan ini dibuat sebagai berikut:
Pembuatan Larutan Stok NH4F - EDTA:
Larutan stok: Ammonium Florida (NH4F) dan EDTA (3,75 M NH4F; 0,25 M EDTA) dibuat dengan cara sbb:
(1) Ditambahkan 1200 ml air destilasi ke dalam labu ukur volume 2 liter.
(2) Ditambahkan 277,8 gram NH4F lalu diaduk agar tercampur merata.
(3) Ditambahkan 146,1 gram EDTA ke dalam larutan tersebut.
(4) Buat volume larutan menjadi 2 liter dengan cara menambahkan air destilasi, lalu diaduk agar tercampur merata dan disimpan dalam botol plastik sebagai larutan stok untuk digunakan terhadap 10.000 sampel tanah yang akan dianalsis.
Pembuatan Larutan Pengekstrak Metode Mehlich 3:
(1) Ditambahkan 8 liter air destilasi ke dalam tabung gelas ukuran 10 liter.
(2) Dilarutkan 200 gram Ammonium Nitrat (NH4NO3) ke dalam air destilasi tersebut.
(3) Ditambahkan 40 ml Larutan Stok NH4F-EDTA, lalu dicampur merata.
(4) Ditambahkan 115 ml asam asetat glacial (99,5%, 17,4 M).
(5) Ditambahkan 8,2 ml asam nitrat pekat (HNO3 68 s/d 70%, 15,5 M).
(6) Ditambahkan air destilasi sehingga volume larutan menjadi 2 liter, lalu dicampur merata, dan pH larutan harus tercapai pH 2,5. Larutan pengkestrak ini bisa digunakan untuk 400 sampel tanah yang akan dianalisis.
Cara Kerja:
(1) Diambil sampel tanah yang akan dianalisis dengan sendok stenlis steel, lalu ditimbang tanahnya seberat 2 gram. Lalu dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer ukuran 50 ml.(2) Ditambahkan sebanyak 20 ml Larutan Pengekstrak ke dalam tabung Erlenmeyer tersebut, lalu dikocok dengan mesin pengocok dengan kecepatan kocok 200 gerakan per menit selama 5 menit pada suhu kamar 24oC s/d 27oC. (Rasio berat tanah dengan larutan pengekstraki adalah 1: 10).
(3) Jika diperlukan agar hasil penyaringan nanti jernih (tidak berwarna) bisa ditambahkan sebanyak 200 mg arang aktif DARCO G60.
(4) Dilakukan penyaringan terhadap larutan ekstrak tersebut dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 42 atau kertas saring yang serupa. Jika filtrat hasil saringan belum jernih bisa dilakukan penyaringan ulang.
(5) Dilakukan analisis pengukuran P dengan prinsip Colorimetry (perbedaan warna). Dilakukan juga terhadap Blanko dan terhadap Larutan Standard. Hasil perhitungan nilai analisis P dilakukan melalui kalibrasi terhadap kurva yang dihasilkan dari hasil pengukuran terhadap larutan standar.
Perhitungan:
P terekstrak Mehlich 3 (mg P/kg tanah) = { (Cp x 0,020 Liter) / (0,002 kg tanah) }
Keterangan:
Cp = Hasil perhitungan dari analisis P tanah sample setelah dikalibrasi dengan kurva hasil pengukuran deret larutan standard.
Daftar Pustaka:
(A) Pustaka Utama:
Sims, T. J. 2009. Soil Test Phosphorus: Principles and Methods.
(B) Pustaka Tambahan:
Mehlich, A. 1984. Mehlich 3 soil test extractant: A modification of the Mehlich 2 extractant. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 15:1409-1416.
Tucker, M.R., 1992. Determination of phosphorus by Mehlich 3 extractant. In Donohue, S.J. (ed.) Reference Soil and Media Diagnostic procedure for the southern region of the United States. So. Coop. Series Bulletin 374.
Sims, J. T. 1989. Comparison of Mehlich 1 and Mehlich 3 extractants for P, K, Ca, Mg, Mn, Cu, and Zn in Atlantic Coastal Plain soils. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 20:1707-1726.
Tran, T. Sen and R.R. Simard. 1993. Mehlich 3 extractable elements. p. 43-49. In M.R. Carter (ed.) Soil Sampling and Methods of Analysis.
Tran, T. Sen, M. Giroux, J. Guilbeault, and P. Audesse. 1990. Evaluation of Mehlich 3 extractant to estimate available P in
Wolf, A.M. and D.E. Baker. 1985. Comparison of soil test phosphorus by the Olsen, Bray P1, Mehlich 1 and Mehlich 3 methods. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 16:467-48.
Labels: Analisis P Tanah
Analisis P Tanah Metode Mehlich 1
Sejarah Metode Mehlich:
Analisis P tanah metode Mehlich 1 dikenal sebagai “Pelarut Asam Ganda” atau “Ekstrak North Carolina”, dikembangkan pada awal tahun 1950 oleh Mehlich dan rekan kerjanya (Mehlich, 1953; Nelson et al., 1953). Di Amerika Serikat, analisis P tanah dengan metode Mehlich 1 merupakan prosedur analisis utama yang digunakan di Atlantik Tengah dan Tenggara. Metode Mehlich 1 merupakan salah satu prosedur pengekstrak multi elemen seperti untuk element P, K, Ca, Mg, Cu, Fe, Mn, dan Zn. Metode Mehlich 1 dapat mengekstraksi P dari bentuk Aluminium Fosfat, Besi Fosfat dan Kalsium Fosfat.
Teori:
Analisis P tanah metode Mehlich 1 sangat sesuai untuk menganalisis tanah asam (pH <>
Berdasarkan hasil penelitian Kuo (1996) dilaporkan bahwa metode Mehlich 1 kurang tepat jika digunakan pada tanah berkapur atau tanah alkalin, sebab pada tanah tersebut akan terekstrak sebagian besar P-non labil tanah pada pH > 6,5 , tanah tersebut mengandung batuan fosfat, kapasitas tukar kation (KTK) tanah tersebut tinggi dan juga berkejenuhan basa tinggi. Pada tanah berkapur atau tanah alkalin tersebut, proses pengasaman akibat larutan ekstraksi dari metode Mehlich 1 menjadi ternetralkan, sehingga menurunkan kemampuan larutan asam tersebut dalam mengekstraksi P. Hal yang sama terjadi juga dalam penurunan efisiensi ekstraksi P yang disebabkan liat, aluminium hidrokisida, dan besi oksida (Nelson et al., 1953; Lins & Cox, 1989).
Nilai Optimum:
Nilai hasil analisis P tanah dengan metode Mehlich 1 sebesar 20 mg P/kg tanah s/d 25 mg P/kg tanah merupakan nilai optimum untuk pertumbuhan tanaman. Nilai ini bervariasi tergantung dari perbedaan tipe tanah dan perbedaan sistem budidaya tanaman. Seperti yang disampaikan oleh Kamprath dan Watson (1980) bahwa untuk tanah berpasir hasil analisis P tanah dengan metode Mehlich1 sebesar 20 mg P/kg tanah s/d 25 mg P/kg tanah merupakan nilai optimum untuk pertumbuhan tanaman. Akan tetapi untuk tanah bertekstur lebih halus hasil analisis P tanah sebesar 10 mg P/kg tanah sudah mencukupi kebutuhan tanaman. Nilai yang diperoleh tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Lin dan Cox (1989).
Alat-alat yang digunakan:
(1) Ayakan No. 10 untuik menghasilkan sampel tanah berukuran 2 mm.
(2) Sendok stainlis steel dengan standar 5 cm3 dan 1 cm3.
(3) Dispenser otomatis untuk ekstraktan yang berkapasitas 25 ml.
(4) Tabung erlenmeyer kapasitas 50 ml.
(5) Corong untuk proses penyaringan (ukuran 9 dan 11 cm).
(6) Rak tabung reaksi.
(7) Mesin pengocok dengan kecepatan kocok 180 gerakan per menit.
(8) Kertas saring Whatman No. 42 atau No. 2 atau yang serupa.
Larutan yang digunakan:
Larutan ekstraksi Mehlich 1 (0,0125 M H2SO4 + 0,05 M HCl). Larutan ini disebut juga sebagai ”Pelarut Asam Ganda” atau ”Ekstrak North Carolina”. Digunakan tabung gelas silinder dan ditambahkan kedalamnya 167 ml HCL 12 M,dan ditambahkan 28 ml H2SO4 18 M, lalu valumenya dijadikan 35 liter dengan menambahkan air bebas ion, dan selanjutnya volume dijadikan 40 liter dengan menambahkan air bebas ion. Diaduk agar tercampur secara merata dan terbebaskan gelembung udara, dan biarkan selama 3 jam.
Cara Kerja:
(1) Digunakan sendok steenlis steel untuk mengambil sampel tanah yang berukuran 2 mm untuk ditimbang seberat 5 gram.
(2) Tanah yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer ukuran 50 ml.
(3) Jika diperlukan agar hasil filtrasi jernih (tidak berwarna) dapat ditambahkan 1 cm3 (200 mg) arang DARCO G60.
(4) Ditambahkan 20 ml larutan ekstraksi Mehlich 1, lalu dikocok selama 5 menit dengan mesin pengocok berkecepatan minimal 180 gerakan per menit pada suhu kamar (24oC s/d 27oC).
(5) Selanjutnya larutan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 42 atau No. 2 atau yang serupa.
(6) Diukur kandungan P larutan dengan prinsip kolorimetri (perbedaan warna) dengan menggunakan alat spektrofotometer.
(7) Dilakukan juga pengukuran terhadap Blanko dan Deret Larutan Standar.
Perhitungan:
P-terkekstrak metode Mehlich (mg P/kg tanah) = {(Cp x 0,020 liter)/(0,005 kg tanah)}
Keterangan:
Cp = hasil pengukuran konsentrasi P dari setiap sampel tanah yang telah dikalibrasi dengan kurva larutan standar.
Daftar Pustaka:
(A) Pustaka Utama:
Sims, T. J. 2009. Soil Test Phosphorus: Principles and Methods.
(B) Pustaka Tambahan:
Kamprath, E.J. and M.E. Watson. 1980. Conventional soil and tissue tests for assessing the phosphorus status of soils. p. 433-469. In F. E. Khasawneh et al. (ed.) The role of phosphorus in agriculture. ASA, CSSA, and SSSA,
Kuo, S. 1996. Phosphorus. p. 869-919. In D. L. Sparks. (ed.) Methods of Soil Analysis: Part 3- Chemical Methods. SSSA,
Lins, I.D.G. and F.R. Cox. 1989. Effects of extractant and selected soil properties on predicting the optimum phosphorus fertilizer rate for growing soybeans under field conditions. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 20:310-333.
Mehlich, A. 1953. Determination of P, Ca, Mg, K, Na, and NH4.
Labels: Analisis P Tanah
Analisis P Tanah Metode P Olsen
Sejarah dari Metode P Olsen:
Metode analisis P tanah “P Olsen” atau metode Natrium Bikarbonat dikembangkan oleh Sterling R Olsen dan rekan kerjanya pada tahun 1954 (Olsen et al., 1954). Metode analisis P tanah ini bertujuan untuk memprediksi respons tanaman terhadap input pupuk P pada tanah berkapur. Metode ini digunakan terutama di Amerika Serikat bagian utara dan barat.
Teori Singkat:
Analisis P Olsen merupakan metode yang paling sesuai untuk tanah berkapur, terutama pada tanah-tanah dengan kandungan kalsium karbonat > 2%. Akan tetapi, dari beberapa hasil penelitian lain dilaporkan pula bahwa metode P Olsen cukup efektif juga untuk tanah asam (Fixen dan Grove, 1990).
Metode P Olsen berlandaskan penggunaan HCO3-, CO3-2, dan OH- pada pH 8,5. Larutan 0,5 M NaHCO3 yang digunakan akan menurunkan konsentrasi larutan dari Ca2+ terlarut dengan terbentuk endapan CaCO3. Larutan 0,5 M NaHCO3 ini juga akan menurunkan kelarutan dari Al+3 dan Fe+3 dengan terbentuknya senyawa Al dan Fe Oksihidroksida. Reaksi-reaksi tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan kelarutan P tanah. Reaksi tersebut juga meningkatkan muatan negatif permukaan dan atau menurunkan jumlah sisi jerapan pada permukaan oksida Al dan Fe pada level pH yang tinggi dan terjadi pula pelepasan (desorption) P tersedia ke larutan tanah.
Nilai Optimum P Olsen:
Nilai P Olsen sebesar 10 mg P / kg merupakan nilai optimal bagi pertumbuhan tanaman. Nilai ini lebih rendah daripada nilai kritis yang digunakan pada nilai analisis P menggunakan metode Bray dan Kurtz P-1, metode Mehlich 1, dan metode Mehlich 3. Kondisi tersebut disebabkan karena larutan ekstrasi pada metode P Olsen membebaskan P tersedia dari berbagai tanah lebih sedikit dibandingkan dengan larutan ekstraksi asam yang digunakan pada metode analisis P lainnya.
Interpretasi Data Hasil Pengukuran:
Menurut Kuo (1996) bahwa untuk memperoleh hasil interpretasi yang lebih tepat terhadap hasil penetapan P menggunakan metode P Olsen dari berbagai tanah dengan sifat beragam memerlukan beberapa informasi tentang Kapasitas Serapan P tanah. Hal serupa juga disampaikan oleh Schoenau dan Karamanos (1993) bahwa hasil pengukuran P dari metode P Olsen perlu dibandingkan dengan ketersediaan P tanah dari tanah-tanah dengan sifat kimia P yang lebih beragam.
Alat-alat yang digunakan:
(1) Ayakan No. 10 untuik menghasilkan sampel tanah berukuran 2 mm.
(2) Sendok stainlis steel dengan standar 2 gram.
(3) Dispenser otomatis untuk ekstraktan yang berkapasitas 25 ml.
(4) Tabung erlenmeyer kapasitas 50 ml.
(5) Corong untuk proses penyaringan (ukuran 9 dan 11 cm).
(6) Rak tabung reaksi.
(7) Mesin pengocok dengan kecepatan kocok 200 gerakan per menit.
(8) Kertas saring Whatman No. 42 atau No. 2 atau yang serupa.
Larutan Ekstraksi yang digunakan:
Larutan ekstraksi P Olsen (0,5 M NaHCO3 pH 8,5) dibuat dengan cara melarutkan 420 gram Natrium Bikarbonat atau NaHCO3 (grade komersial) dalam air destilasi dan dijadikan volume 10 liter. Pelarutan NaHCO3 ini dapat menggunakan mixer listrik. Digunakan NaOH 50% untuk menjadikan pH larutan ekstraksi mencapai pH 8,5.
Prosedur Kerja:
(1) Diambil sampel tanah dengan sendok stenlis steel untuk ditimbang tanah seberat 1 gram dan dimasukkan dalam tabung erlenmeyer 50 ml.
(2) Ditambahkan 20 ml larutan ekstraksi P Olsen ke dalam tabung erlenmeyer, kemudian dikocok selama 30 menit pada suhu ruangan 24oC s/d 27oC.
(3) Jika diperlukan agar larutan menjadi jernih (tidak berwarna) ditambahkan 1 cm3 (200 mg) arang aktif (DARCO G60).
(4) Larutan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 40 atau yang serupa ini. Penyaringan dapat dilakukan berulang jika hasil penyaringan masih belum jernih.
(5) Dilakukan pengukuran P dengan prinsip kolorimetri (perbedaan warna biru) dengan menggunakan alat spektrofotometer.
Perhitungan:
P-Olsen (mg P/Kg tanah) = { (Cp x 0,020 liter) / (0,001 kg tanah)}
Keterangan:
Cp = Nilai hasil perngukuran P yang telah dikalibrasi dari kurva larutan standar. Satuan dari nilai Cp adalkah mg per liter.
Daftar Pustaka
(A) Pustaka Utama:
Sims, T. J. 2009. Soil Test Phosphorus: Principles and Methods.
(B) Pustaka Tambahan:
Fixen, P.E. and J.H. Grove. 1990. Testing soils for phosphorus. p. 141-180. In R.L. Westerman (ed.) Soil Testing and Plant Analysis. SSSA,
Kuo, S. 1996. Phosphorus. p. 869-919. In D.L. Sparks. (ed.). Methods of Soil Analysis: Part 3- Chemical Methods. SSSA,
Olsen, S.R., C.V. Cole, F.S. Watanabe, and L.A. Dean. 1954. Estimation of available phosphorus in soils by extraction with sodium bicarbonate. USDA Circular 939.
Schoenau, J.J. and R.E. Karamanos. 1993. Sodium bicarbonate extractable P, K, and N. p. 51-58. In M. R. Carter (ed.) Soil Sampling and Methods of Analysis.
Labels: Analisis P Tanah