00.48

Pengelolaan Kesuburan Tanah Sulfat Masam (Bagian 4.F)

Pengelolaan Kesuburan Tanah Sulfat Masam*

Oleh: Masayu Rodiah** dan Abdul Madjid Rohim***


(Bagian 4.F dari 5 Posting)


Keterangan:

* : Makalah Pengelolaan Kesuburan Tanah, Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Palembang, Propinsi Sumatera Selatan, Indonesia.

** : Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Palembang, Propinsi Sumatera Selatan, Indonesia.

*** : Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Kesuburan Tanah, Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Palembang, Propinsi Sumatera Selatan, Indonesia.

(Bagian 4.F dari 5 Posting)


F. Penyiapan dan Pengelolaan Surjan

Sistem budidaya surjan (surjan = bahasa jawa yang artinya berjajar/berbaris berselang-seling seperti lurik) disarankan khususnya hanya untuk lahan pasang surut tipe B (wilayah yang hanya terluapi pada saat pasang tunggal) dan tipe c atau D (wilayah yang tidak terluapi pasang sama sekali) yang mempunyai muka air tanah tinggi. Budidaya tanaman lahan kering (palawija) di lahan pasang surut di aats sering mengalami cekaman kelebihan air, dengan sistem surjan maka kebasahan atau genangan air yang tidak disukai tanaman lahan kering dapat terhindarkan.


Tujuan pokok dari sistem surjan di lahan pasang surut ini adalah untuk membagi risiko kegagalan usaha tani sehingga dapat bertahan apabila tanaman padinya gagal (Tim FTP UGM, 1986). Sistem surjan ini banyak diterapkan oleh petani di Kalimantan dan Sumatera, terutama petani transmigrasi dari Jawa dan Bali. Masyarakat tani setempat seperti di kalimantan tidak banyak mengenal sistem budidaya surjan ini, tetapi mereka menggunakan istilah tembokan yang falsafahnya sedikit berbeda (Sarwani et al., 1993: 1994). Budidaya surjan ini juga abnyak dilakukan petani rawa Malaysia (Mensvoort, 1996; Tri, 1996).


Surjan mengandung pengertian meninggikan sebagian tanah dengan menggali atau mengeruk tanah di sekitarnya. Dalam praktiknya sebagian tanah lapisan atas diambil atau digali dan digunakan untuk meninggikan bidang tanah disampingnya secara memanjang sehingga terbentuk surjan. Wilayah bagian lahan yang ditinggikan disebut tembokan (raise beds), sedang wilayah yang digali atau di bawah disebut tabukan atau ledokan (sunkens beds). Lahan bagian atas di tanami tanaman palawija (jagung, kedelai, kacang-kacangan, dan umbi-umbian), hortikultura, buah-buahan, dan juga tanaman perkebunan, sedang lahan bagian bawah (ledokan/tabukan) ditanami padi sawah.

Pertanian dengana sistem surjan banyak berkembang di lahan rawa.
Berdasarkan cara pengambilan dan penyusunan lapisan tanah yang dibentuk surjan, surjan dapat dibagi menjadi dua model atau tipe : 1) model tradisional dan 2) model inovatif dan kreatif. Pada model tradisional lapisan surjan dibuat dengan meletakkan bagian yang digali ke lapisan atas secara runtut sehingga kemungkinan besar lapisan atas surjan terdiri dari lapisan bawah (subsoil). Pada model inovatif dan kreatif lapisan surjan disusun sesuai dengan urutan asal. Model tradisional sangat berbahaya apabila lapisan bawah yang diletakkan sebagai lapisan atas surjan merupakan lapisan berkadar pirit tinggi. Berdasarkan sistem pembuatan, surjan dapat dibagi menjadi dua cara pembuatan yaitu : 1) dibuat sekaligus, dan 2) dibuat secara bertahap. Pembuatan surjan banyak memerlukan tenaga kerja yaitu sekitar 500 HOK per hektar.

Bersambung ke bagian 4.g yang dapat dilihat pada pustaka dibawah ini:


Pustaka:

Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online untuk mata kuliah: (1) Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (2) Kesuburan Tanah, dan (3) Pengelolaan Kesuburan Tanah Lanjut. Fakultas Pertanian Unsri & Program Pascasarjana Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.

0 comments: