21.08

TEKNOLOGI PUPUK HAYATI FUNGI PELARUT FOSFAT (Bagian 5)

Teknologi Pupuk Hayati Fungi Pelarut Fosfat (FPF)*
Oleh: Rodiah** dan Madjid***
(Bagian 5 dari 6 Tulisan)

Keterangan:
* Makalah Mata Kuliah Teknologi Pupuk Hayati pada Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya, Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.
** Program Studi Ilmu Tanaman, Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya, Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.
*** Dosen Pengasuh Mata Kuliah Teknologi Pupuk Hayati, Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya, Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.

(Bagian 5 dari 6 Tulisan)


V. TEKNOLOGI PUPUK HAYATI

Pupuk hayati adalah mikrobia ke dalam tanah untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya. Mikrobia yang digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan langsung ke dalam tanah, disertakan dalam pupuk organik atau disalutkan pada benih yang akan ditanam. Penggunaan yang menonjol dewasa ini adalah mikrobia penambat N dan mikrobia untuk meningkatkan ketersedian P dalam tanah.

Pupuk hayati atau lebih dikenal dengan nama pupuk mikroba telah banyak beredar di pasaran dan beberapa daerah mulai digunakan oleh petani. Pupuk mikroba menurut SK Menteri Pertanian No. R.130.760.11.1998 digolongkan kedalam kelompok pupuk alternatif. Secara umum istilah pupuk hayati diartikan sebagai suatu bahan yang mengandung sel hidup atau dalam keadaan laten dari suatu strain penambat nitrogen, pelarut, atau mikroorganisme selulolitik yang diberikan ke biji, tanah, atau ketempat pengomposan.

Pupuk hayati banyak dimanfaatkan petani untuk meningkatkan hasil dan memperbaiki mutu. Namun, pemakaian pupuk tersebut harus hati-hati karena komposisi hara yang ada pada label kemasan kadang tidak sesuai dengan yang dikandungnya. Penggunaan pupuk hayati bertujuan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dan mempercepat proses mikrobologis untuk meningkatkan ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk mikroba bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara oleh tanaman, menekan soil-borne disease, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan menghasilkan substansi aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Tombe, 2008).

Di Indonesia, mikroorganisme telah lama dimanfaatkan, terutama pada proses fermentasi makanan secara tradisional, dan juga pada minuman. Adanya keputusan pemerintah untuk memberi prioritas yang tinggi pada pengembangan bioteknologi, menyebabkan perhatian pada penggunaan mikroorganisme makin meningkat, selain digunakan dalam proses fermentasi secara tradisional. Bentuk-bentuk inokulan pupuk mikroba yang biasa digunakan adalah biakan agar, biakan cair, biakan kering, biakan kering beku, dan tepung. Inokulan yang digunakan secara luas di lapangan adalah yang berbentuk biakan cair dan tepung. Untuk memudahkan aplikasi dilapangan diperlukan bahan pembawa (carrier). Sebagai bahan pembawa inokulan tepung, dapat digunakan bahan organik seperti gambut, arang, sekam, dan kompos. Untuk bahan pembawa anorganik digunakan bentonit, vermikulit, atau zeolit. Petani menggunakan pupuk mikroba dengan harapan dapat meningkatkan hasil dan mutu tanaman pada tingkat biaya yang rendah melalui penghematan tenaga kerja dan pupuk kimia. Namun, sering dijumpai bahwa pupuk mikroba yang dijual tidak menunjukan sifat mikrobiologis, artinya mikroorganisme yang terdapat dalam prduk tersebut tidak dapatdiidentifikasi dan komposisinya tidak sesuai dengan yang tertera pada label kemasan. Banyak produk tersebut diiklankan seolah-olah dapat menyelesaikan semua masalah yang dihadapi petani (Tombe, 2008).

Salah satu faktor yang menentukan mutu pupuk mikroba adalah jumlah mikroorganisme yang terkandung didalamnya. Jumlah tersebut dapat berkurang karena suhu yang tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyimpanan pada suhu rendah umumnya lebih cocok untuk ketahanan hidup mikroorganisme daripada suhu tinggi. Peningkatan suhu menyebabkan kelembaban menurun. Dengan mempertahankan kelembaban, kematian mikroorganisme dapat dikurangi. Berdasarkan tingkat kelembabannya yang cukup tinggi, gambut cukup baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, baik berupa bakteri maupun jamur. Selain peka terhadap suhu tinggi mikroba juga peka terhadap sinar matahari langsung. Pada penggunaan inokulan bakteri Rhizobium, inokulasi biji legum harus dilakukan pada tempat yang teduh, karena bakteri tersebut tidak tahan terhadap sinar matahari langsung. Untuk melindungi konsumen dan produsen pupuk mikroba, maka diperlukan suatu sistem pengawasan yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti pemalsuan atau penurunan kualitas dapat dihindari. Sistem monitorig dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah, jenis, dan kualitas pupuk mikroba yang beredar di pasaran. Pada pengujian pupuk mikroba, perlu diamati label pada kemasan yang mencantumkan nama genus serta jumlah mikroorganisme, tanggal kadaluwarsa, cara penyimpanan, seta jenis tanaman yang cocok. Lakukan pengujian atas jenis dan jumlah mikroorganisme yang terkandung dengan metode platecoun, tetapkan kelembapan bahan pembawa, dan lakukan pengujian efektivitas pupuk tersebut (Tombe, 2008).

Syarat jumlah populasi mikroorganisme yang terkandung dalam suatu produk berbeda untuk tiap negara. Australia mensyaratkan sekitar 107-108 sel/g dengan batas kadaluwarsa 2 bulan, Afrika Utara dan Taiwan mensyaratkan sekitar 108 sel/g. Di Indonesia, sampai saat ini baku mutu atas pupuk mikroba yang beredar baru untuk inokulan Rhizobium, sedangkan untuk jenis pupuk mikroba lainnya belum ada. Mulai tahun 2004, Balai Penelitian Tanah telah merintis penelitian untuk mengetahui syarat-syarat mutu atas pupuk mikroba yang boleh beredar dipasaran (Tombe, 2008).

Fosfor memegang peran penting dalam transportasi energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebagian Besar fosfat dalam tanah tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Sekitar 90% fosfat dalam tanah terleh tanaman dan 2 hingga 6 minggu setelah pemupukan, 80% dari fosfat yang diaplikasikan juga akan terikat dan tidak dapat diman Pemecahan Masalah nyerap sumber energi penting dan sebaliknya, tanaman menyumbang hasil sampingnya untuk makanan mikroba. Selain itu. Mikroba membantu tanaman mencerna hara lebih banyak, sehingga tanaman berkembang lebih kuai dan sistem perakaran lebih luas. Pemanfaatan mikroba pelarut fosfat merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan masalah dalam meningkatkan efisiensi pemupukan. Mekanisme pelarutan fosfat dari bahan yang sukar larut oleh aktivitas mikroba pelarut fosfat banyak dikaitkan dengan kemampuan mikroba yang bersangkutan dalam menghasilkan enzim fosfatase, Stase, dan asam organik hasil metabolisme seperti asetat. Propionat, glikolat, fumarat, oksalat, suksinat, lartrat, sitrat, laktat, dan ketoglutarat. Proses utama pelarutan senyawa fosfat sukar larut karena adanya produksi asam organik dan sebagian asam anorganik oleh mikroba yang dapat berinteraksi dengan senyawa fosfat sukar larut serta melarutkan fosfat dari kompleks A!-. Fe-. Mn-. dan Ca- Suatu teknologi irajj telah ditipiskan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan menggunakan pupuk mikroba pelarut fosfat (BtaPhM). BioPtios dioptakan jntuk melepas fosfat yang terikat di dalam tanah mau pun dan pupuk fosfat yang diaplikasikan, memobilisasi, mempermudah membuat fosfat menjadi tersedia bagi tanaman, dan meningkatkan serapan P tanaman.

Peningkatan efisiensi fosfat juga berarti suatu kesempatan aplikasi antara lain BioPhos mengandung lebih dari satu fungsi kelompok mikroba, yaitu mikroba pelarut fosfat, mikoriza. dan senyawa organik alami pemacu pertumbuhan tanaman. Teknologi ini tidak hanya terhadap peningkatan basil tanaman, tetapi juga peningkatan efisiensi pemupukan P, dan babkan meningkatkan keamanan terhadap aplikasi hara lainnya, dengan kala lain meningkatkan kesuburan Hasil Penelitian BioPhos merupakan campuran mikroba efek Micmcoccus spp. Grt 3, Aspergillus niger NHJ2, dan mlkoriza Glomus manjbolis yang dilengkapi dengan formulasi bahan pembawa yang sesuai.

Teknik bioteknologi telah berhasil diterapkan daiam teknologi produksinya, yaitu rekayasa fermentasi dan teknik mikroenkapsulasi sel mikroba untuk menjamin peningkatan populasi mikroba dan menekan kontaminasi dari mikroba yang tidak dikehendaki selama penyimpanan dan transportasi. Serta meningkatkan ketahanan hidup mikroba tanpa mempengaruhi keefektifannya.

Pemanfaatan BioPhos di tanah masam-Al atau tanah sawah jenuh fosfat dapat meningkatkan ketersediaan fosfat baik dari fosfat yang diaplikasikan maupun dari dalam tanah. serta akan meningkatkan serapan fosfat tanaman dan hasilnya. Fungi pelarut fosfat terpilih mampu meningkatkan pelarutan fosfat hingga 245 kali dari kontrol (tanpa inokulasi) 0,60 ug/ml (pH 4.65) hingga 147,28 ugfrnl (pH 2.9) dan bakteri pelarut fosfat 154 kali dari kontrol 2,56 ug/m! (pH 6,47) hingga 394,85ug/ml (pH 5,1). Aplikasi BioPhos pada kedelai yang diinokulasi pupuk P (batuan-P) 50 kg P;0,/ha tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan pemupukan 100 kg P,0,iha terhadap jumlah dan bobot segar bintil akar, bobol kering tanaman, serapan nitrogen dan fosfat tanaman Serapan nitrogen dan fosfat tanaman meningkatkan BioPhos.

Aplikasi BioPhos pada kedelai yang dipupuk dengan 50 kg P.pjha meningkatkan tingkat infeksi mikoriïa hingga 171,78% dibandingkan dengan aplikasi 100 kg P,0,/ha (23,59%). Interaksi antara BioPhos dengan pupuk P, 50 kg P;0,ma meningkatkan serap 100 kg F Aplikasi BioPhos pada kedelai di tanah hingga 60%. Aplikasi BioPhos pada kentang (200 g per 20 I), jagung dan padi (200 g per 20 kg benih] menurunkan penggunaan pupuk NPK yang direkomendasikan hingga 75%. Demonstrasi plot aplikasi BioPhos pada kedelai dan padi di 12 lokasi transmigran di Lámbale, Sulawesi Selatan dengan kombinasi pemupukan 100 kg/ha urea, 50 kg/ha SP36. dan 50 kg/ha KCl meningkatkan hasil kedelai sebesar 12,5% dan padi 4% dari dosis rekomendasi.

Aplikasi BioPhos dengan kombinasi dosis pemupukan meningkatkan hasil kedelai sebesar 28,32% dan 16% pada padi. Bahkan aplikasi BioPhos pada padi tanpa pemupukan dapat meningkatkan hasil hingga 43% Nilai Tambah Teknologi Biophost merupakan pupuk mikroba pelarut fosfat yang dapat mensubstitusi sebagian pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman melalui kemampuannya melarutkan fosfat yang sukar larut menjadi tersedia bagi tanaman. Sehingga dapat rnenghemat penggunaan pupuk kimia. Hanya separuh dari dosis pupuk kimia yang dibutuhkan, bahkan aplikasi BioPhos ¡uga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N dan K. Petani akan dapat menikmati penurunan biaya pemupukan dan kenaikan hasil produksi. Sastro (2001) menunjukkan bahwa jamur Aspergilus niger dapat dipeletkan bersama dengan serbuk batuan fosfat dan bahan organik membentuk pupuk batuan fosfat yang telah mengandung jasad pelarut fosfat. Aspergillus niger tersebut dapat bertahan hidup setelah masa simpan 90 hari dalam bentuk pelet.


Mikroba pelarut fosfat (MPF) umumnya diisolasi dari contoh tanah. MPF yang umum didapatkan antara lain dari kelompok fungi, bakteri, dan actinomicetes. Prosedur umum untuk mengisolasi MFP adalah sebagai berikut:
1. Satu gram contoh tanah dimasukkan ke dalam 99 ml larutan garam fisiologis (0.85% NaCl) steril dan dikocok selama 24 jam atau semalam. Dari pengenceran ini diperoleh seri pengenceran 10 ext-2. Tujuan pengocokan ini agar diperoleh lebih banyak isolat, khususnya isolat fungi.
2. Satu ml larutan dari pengenceran 10 ext. -2 ditambahkan ke dalam 99 ml larutan garam fisiologis dan dikocok/diaduk hingga tercampur merata. Langkah ini diperoleh pengenceran 10 ext. -4. Pengenceran terus dilakukan hingga seri pengencera 10 ext. – 6 s/d 10 ext. – 8.
3. Buat medium agar Pikovskaya.
4. Satu ml dari setiap seri pengenceran yang telah dibuat dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Medium agar Pikovskaya yang masih cair (suhu kurang lebih 50oC) dituangkan ke dalam cawan. Cawan digoyang agar sample dan media tercampur merata.
5. Ulangi langkah di atas secukupnya.
6. Inkubasi dalam posisi terbalik selama beberapa hari.
7. Mikroba yang dapat melarutkan fosfat akan membentuk zona bening di dalam medium Pikovskaya.
8. Setelah diperoleh MPF segera dipisahkan dan dimurnikan di dalam medium Pikovskaya yang lain.

Isolat bakteri dan actinomicetes biasanya segera tumbuh pada umur 2 – 3 hari, sedangkan fungi baru mulai tumbuh setelah 1 – 2 minggu.

Biasanya menggunakan antibiotik (antibakteri) apabila akan mengisolasi fungi. Tanpa antifungi fungi pelarut fosfat sulit diperoleh. Fungi umumnya kalah cepat tumbuhnya dengan bakteri, sehingga pertumbuhannya terhambat oleh bakteri.

Indek pelarutan fosfat ini berdasarkan pada metode yang dijelaskan oleh Premono, Moawad, dan Vlek (1996). Secara aseptis 1 ose (untuk bakteri) atau satu cuplikan kecil dengan diameter 8 mm untuk fungi diinokulasikan ke atas media Pikovskaya. Setiap perlakuan dilakukan dengan beberapa ulangan, minimal duplo. Isolat diinkubasi selama beberapa hari. Indeks pelarutan fosfat adalah perbandingan antara diameter zona jernih dibagi dengan diameter koloni.

Indek pelarutan fosfat sesuai digunakan untuk screening awal mikroba pelarut fosfat. Metode ini mudah dan murah untuk dilakukan. Tetapi jika tidak hati-hati metode ini bisa menimbulkan bias. Variasi indek pelarutan fosfat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
1. Konsentrasi fosfat. AlPO4 tidak larut dalam air; untuk menuang medium ini ke dalam cawan petri perlu digoyang-goyang terlebih dahulu. Ada kemungkinan bahwa konsentrasi AlPO4 tidak seragam, sehingga zona jernihnya juga terpengaruh
2. Ketebalan agar. Ketebalan agar di dalam cawan juga akan mempengaruhi zona jernih. AlPO4 di agar yang lebih tebal tentunya lebih sulit untuk dilarutkan daripada di agar yang tipis.
3. Kecepatan pertumbuhan mikroba. Ada mikroba yang tumbuh dengan cepat dan ada mikroba yang tumbuh lambat. Misalnya, Penicillium sp umumnya memiliki diamater koloni yang lebih kecil daripada Aspergillus sp. Indek Penicillium sp lebih besar dari Aspergillus sp, tetapi kemampuannya melarutkan fosfat in vitro Penicillium sp lebih kecil daripada Aspergillus sp.
4. Sesuai untuk membadingkan satu kelompok mikroba. Indek pelarutan fosfat kurang sesuai untuk membandingkan antar kelompok mikroba, misalnya: fungi, bakteri, dan aktinomicetes.

Data-data indek pelarutan fosfat umumnya di analisis dengan metode statistik. Statistik tidak bisa memisahkan variabel-variabel ini. Beberapa hal di atas akan sangat mempengaruhi hasil analisa statistik oleh karena itu harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan.


A. Pupuk Hayati EMAS (Enchancing Microbial Activities in The Soils)

Pupuk hayati adalah pupuk yangmengandung bahan aktif mikroba yangmempu menghasilkan senyawa yang berperan dalam proses penyediaan unsure hara dalam tanah, sehingga dapat diserap tanaman. Pupuk hayati juga membantu usaha mengurangi pencemaran lingkungan akibat penyebaran hara yang tidak diserap tanaman pada penggunaan pupuk anorganik. Melalui aplikasi pupuk hayati, efisiensi penyediaan hara akan meningkat sehingga penggunaan pupuk anorganik bias berkurang. (Goenadi, dkk, 2000).

Salah satu jenis pupuk hayati adalah pupuk hayati EMAS (Enchancing Microbial Activities in The Soils) atau PHE. PHE mengandung mikroba sebagai bahan aktif yang mempunyai peranan tersendiri yaitu : Azospirillum lipoverum berupa bakteri penambat N bebas ; Azotobacter beijerinckii bakteri pemantap agregat dan penambat N-bebas, Aeromonas punctata sebagai bakteri pemantap agregat dan Aspergillus niger berupa fungi pelarut fosfat.

Enchancing Microbial Activities in The Soils (EMAS) adalah pupuk hayati (biofertilezer) berbahan aktif bakteri penambat N-bebas tanpa bersimbiosis dengan tanaman, mikroba pelarut fosfat dan kalium serta pemantap agregat tanah. Keunggulan PHE dari pupuk hayati lainnya yaitu mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik melalui penurunan dosis (Goenadi et al., 1995).

Goenadi et al. (2000), mengemukakan bahwa mikroba inokulan yang dikemas dalam PHE akan menghasilkan enzim nitrogenase, fosfatase, asam organik dan atau polisakarida ekstra sel. Senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut sangat berperan dalam pengikatan n bebas, pelarut unsur hara dan pemantap agregat mikro di dalam tanah.

Diintroduksinya jenis mikroba dalam PHE ke dalam tanah diharapkan berlangsung optimal. Produk PHE dihasilkan dalam bentuk granul (butiran) berwarna putih keabuan dengan diameter 2-3 mm melalui proses granulasi. Mikroba sebagai bahan aktif tetap efektif sampai masa simpan 12 bulan (Goenadi et al., 1995).

PHE dirancang untuk membantu penyediaan unsur hara yang terikat kuat di dalam tanah. Hasil percobaana Goenadi, dkk. (1997), menunjukkan bahwa pemupukan 50 kg/ha PHE dan 50 % dosis pupuk anorganik menghasilkan produksi tanaman karet (lateks) yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk anorganik saja. Iman Rohiman (2006) menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan 5 g PHE + 50 % dosis pupuk anorganik memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan luas daun, bobot kering bibit, dan volume akar.


B. Pupuk Hayati (BIO-LESTARI)

Formula BIO-LESTARI diramu khusus untuk penyuburan lahan pertanian. Mikroba penyubur BIO-LESTARI mampu meningkatkan kemampuan nodulasi tanaman kacang-kacangan, ketersediaan hara di dalam tanah, dan menaikkan efisiensi pemakaian pupuk. BIO-LESTARI merupakan campuran bakteri pembentuk nodul pada tanaman kacang-kacangan, penambat nitrogen bebas, dan cendawan pelarut hara dengan formulasi bahan pembawa yang mengandung senyawa organik alami pemacu tumbuh dan unsur mikro yang diperlukan oleh mikroba dan tanaman.

Manfaat dan keunggulan dari pupuk hayati bio-lestari :
(1) Merangsang pembentukan nodul
(2) Meningkatkan daya tambat nitrogen
(3) Meningkatkan P-tersedia dalam tanah
(4) Meningkatkan kesuburan tanah
(5) Meningkatkan efisiensi pemupukan
(6) Meningkatkan keberlanjutan sistem produksi
(7) Mengefisienkan sistem pengiriman
(8) Merangsang aktivitas mikroba rizosfir
(9) Memperlebat dan memperkuat perakaran
(10) Memperkokoh dan memperkuat tanaman
(11) Efektif untuk kacang tanah, kedelai, dan sengon
(12) Meningkatkan mutu bibit tanaman sengon
(13) Tidak mudah terkontaminasi dengan mikroba lain

Keuntungan
(1) Menghemat pemakaian pupuk
(2) Menghemat pestisida
(3) Tidak merusak tanah dan aman lingkungan


Cara Penggunaan
(1) Basahi benih dengan air secukupnya (gunakan wadah yang bersih)
(2) Taburkan 1 (satu) kantong BIO-LESTARI pada benih yang telah dibasahi sampai melekat rata dan segera tanam
(3) Pencampuran dilakukan di tempat yang teduh

Dosis dan kandungan mikroba
Satu kantong standar berisi 40 g BIO-LESTARI untuk pertanaman 2000 m2 atau 200 g/ha. Pupuk ini mengandung populasi sel bakteri penambat N2 non-simbiotik 107-108, Rhizobium 108-109, dan fungi pelarut fosfat 104-105 propagul per g bahan pembawa.

Perhatian dari penggunaan pupuk bio-lestari ini adalah Jangan tercampur dengan pupuk kimia, pada lahan masam diperlukan pengapuran secukupnya sampai pH 5,5, simpan BIO-LESTARI di bawah suhu <20oC dan jauh dari sinar, jangan digunakan lagi bila melebihi masa kadaluwarsa. Berdasarkan hasil penelitian Kaji terap BIO-LESTARI pada kacang tanah di Kabupaten Sumedang (Latosol, dosis anjuran 50 kg Urea/ha, 100 kg SP-36/ha, 50 kg KCl), MK 1999. Pengaruh BIO-LESTARI terhadap jumlah dan bobot bintil akar, bobot kering akar, tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering total, dan indeks mutu bibit sengon (Paraserianthes falcataria). Rata-rata bobot kering tanaman, serapan N dan P serta jumlah dan bobot kering bintil akar kedelai yang diinokulasi BIO-LESTARI (45 HST) di rumah kaca Cikeumeuh, MK 1997. Pengaruh pemberian BIO-LESTARI dan variasi takaran pupuk NPK terhadap bobot kering tajuk, jumlah bintil akar, serapan N dan P tanaman, jumlah polong isi, dan hasil biji tanaman kedelai pada tanah Podsolik Merah Kuning Lampung (tanpa pengapuran; pH 3,96; Al-dd 1,209 me/100g).


C. Pupuk Hayati Bio-fosfat

Biofertilizer/Penggunaan pupuk mikroba pelarut fosfat dan mikoriza bertujuan untuk menghindari masalah rendahnya P tersedia di lahan sawah dan lahan masam. Mikroba pelarut P maupun melarutkan P yang tidak tersedia dengan mengeluarkan asam organik, dan mikoriza berfungsi sebagai fasilitator penyerapan P. Telah dikembangkan pupuk mikroba pelarut fosfat yang disebut "Bio-Fosfat" yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan sampai 50 persen (dari rekomendasi pemupukan P 100 kg/ha menjadi 50 kg/ha). Dua penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan di Rumah Kaca Balitbio Bogor. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Januari 1995 sampai Juli 1995. Digunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Sebagai perlakuan adalah: (1) inokulasi Rhizobium japonicum, (2) inokulasi R. japonicum dan fungi pelarut fosfat Aspergillus niger, (3) inokulasi R. japonicum dan mikoriza Gigaspora margarita; (4) inokulasi R. japonicum, A. niger, dan G. margarita.

Penelitian kedua dilakukan pada bulan September 1995 sampai dengan Januari 1996. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan pola faktorial dan tiga ulangan. Sebagai perlakuan adalah: (1) pemupukan dengan bantuan fosfat (50 kg P2O5/ha dan 100 kg P2O5/ha); (2) fungi pelarut fosfat (tanpa fungi dan dengan A. niger strain NHJ2 1 ml per biji; (3) inokulasi mikoriza (tanpa mikoriza dan dengan Glomus manihotis 59 g per pot). Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi fungi pelarut fosfat dicampur dengan mikoriza meningkatkan pertumbuhan kedelai, aktivitas penambatan N, dan serapan N dan P berturut-turut 7,8 kali, 1,3 kali, 8 kali, dan 10 kali. Tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan P 50 kg P205/ha dengan 100 kg P2O5/ha pada pertumbuhan kedelai, aktivitas fiksasi N, dan serapan N dan P. Sehingga penggunaan fungi pelarut P dan mikoriza dapat menghemat 50 persen pemupukan P (Hutami, 2000).


D. Tiens Golden Harvest

TIENS GOLDEN HARVEST berbahan akktif Mikroba Indegenous asli Indonesia ramah lingkungan (tidak mengandung logam berat As, Pb, Hg, Cd dan Mikroba Patogen, Salmonella Sp ) telah dipersiapkan serta dirancang untuk pembangunan dunia pertanian yang berkelanjutan. Bahwa perpaduan TIENS GOLDEN HARVEST dengan pupuk kimia aka selalu dicari dan dibutuhkan petani karena sudah terbukti dan teruji ( menjaduikan produktivitas tinggi dan ramahlingkungan).

Kandungan TIENS GOLDEN HARVEST1. Azobacter sp2. Mikroba pelarut fosfat3. Azospirilum sp4. Mikroba Pendegradasi Selulose5. Lactobacillus sp6. Pseudomonas spp = 34,70 ppm ; K = 1700 ppm ; C organik = 0,92 % ; N = 0,04 % ; Fe = 44,3 ppm ; Mn = 0,23 ppm ; Cu = 0,85 ppm ; Zn = 3,7 ppm

Tiens Golden Harvest adalah sebuah Teknologi modern sebagai Pupuk penyubur tanah dan tanaman, serta telah banyak dipakai oleh banyak pembudidaya BELUT dan terbukti dapat mempercepat proses fermentasi pupuk kompos dan juga mempercepat proses pada persiapan media budidaya BELUT dan pemeliharaanya. Dengan menggunakan pupuk hayati Tiens Golden Harvest yang dibuat dengan teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI), suatu inokulan campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh indole acetic acid serta mikroba indigenous (mikroba tanah setempat) asli indonesia, yang sangat dibutuhkan dalam proses penyuburan tanah secara biologi antara lain Azospirillum, Azotobacter, mikroba pelarut P, Lactobacillus, dan mikroba pendegrasi selulosa. Mikroba dan enzim tersebut dapat bekerja secara maksimal dan dapat mengubah unsur hara yang tadinya sulit untuk diserap tanaman menjadi unsur hara yang mudah diserap oleh tanaman sehingga penggunaan pupuk menjadi sangat efisien. Teknologi ini adalah asli Indonesia yang merupakan hasil riset bertahun-tahun dari seorang ahli biologi tanah yang bernama Dr.Ir.Lukman Gunarto MSc. yang tidak kenal lelah untuk mengembangkan dan mengenalkan teknologi ini, yang mempunyai tujuan untuk meringankan beban petani dengan masalah biaya produksi pertanian sekarang ini sangatlah mahal. Produk ini Sudah teruji Dan terbukti mampu menghemat biaya produksi pertanian sampai 40% dan sanggup meningkatkan produksi atau hasil pertanian antara 15% hingga 70%.

Keunggulan dan Keuntungan dari Tiens Golden Harvest :
(1) Biaya produksi efisien
(2) Hasil panen optimal
(3) Dipadukan dengan pupuk kimia bisa menghemat sebesar 40% s/d 50%
(4) Mengurangi timbulnya gulma pada tanaman padi
(5) Dapat memecah pestisida dengan residu s/d 0%
(6) Penampilan tanaman lebih sehat dan segar
(7) Kesuburan lahan terjaga


E. Migro Plus

Teknologi yang digunakan adalah generasi terbaru, yaitu menggunakan Mikroba strain terbaru yang bekerja lebih efektif dan efisien. Produk-produk yang menggunakan teknologi terbaru ini adalah produk yang diproduksi oleh MiG corp. yaitu : pupuk hayati MiG-6PLUS, probiotik MiG ternak, Migro Tambak dan probiotik Migro Suplemen. Menggunakan mikroorganisme dengan strain terbaru. Proses produksi dengan kontrol kualitas yang sangat ketat oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya. Bahan baku yang digunakan sudah memiliki sertifikat dari sucofindo.

Kemasan yang digunakan eksklusif (tidak ada di pasaran), sehingga keaslian produk MiG corp. sampai ke tangan konsumen lebih terjamin. Hormon tumbuh Indole Acetic Acid serta mikroba indegenous (mikroba tanah setempat) asli indonesia, yang sangat dibutuhkan dalam proses penyuburan tanah secara biologi antara lain Azospirillum sp, Azotobacter sp, mikroba pelarut P, Lactobacillus sp, dan mikroba pendegradasi selulosa serta Pseudomonas sp.
Hormon tumbuh berfungsi untuk memacu pertumbuhan akar serabut sehingga penyerapan hara menjadi optimal, penambat Nitrogen dari udara, melepaskan P yang terikat di dalam tanah, dan menguraikan bahan organik yang terdapat di tanah, juga terdapat mikroba Pseudomonas sp, yang berfungsi untuk menguraikan residu pestisida yang jatuh di tanah. Apabila setiap aplikasi kurang dari 2 liter MiG-6PLUS per hektar, populasi mikroba untuk menambatkan N, pelarut P dan pendegradasi selulosa tidak cukup untuk mengambil unsur-unsur tadi atau dengan kata lain, unsur N, P dan K tidak dapat diambil dengan jumlah yang seharusnya dapat diambil oleh mikroorganisme tersebut, sehingga kebutuhan hara oleh tanaman menjadi tidak terpenuhi Karena pada tanaman padi terdapat fase pertumbuhan, pembentukan anakan dan primordial, dimana pada fase tersebut tanaman membutuhkan hara yang cukup untuk tumbuh kembangnya, apabila pada fase tersebut tanaman kurang mendapat pasokan hara, dipastikan hasil yang akan diperoleh dari tanaman tersebut akan kurang baik.

Lahan pertanian yang ideal harus memenuhi syarat kesetimbangan, yaitu unsur fisik (bajak/cangkul), kimia (pupuk kimia maupun kandang) dan biologi (mikroorganisme). Jadi lahan pertanian tetap harus diberikan Pupuk (kimia atau kandang), tetapi penggunaanya dikurangi sampai dengan 50% dari biasanya (pertanian konvensional, tanpa MiG-6PLUS) Perlu diketahui bahwa kandungan udara di sekitar kita adalah 79% Nitrogen dan 21% Oksigen. Mikroba yang terdapat dalam MiG-6PLUS, ada yang berfungsi sebagai penambat N, mikroba inilah yang akan menambatkan N dari udara. Kemudian terdapat juga bakteri selulolitik, bakteri ini berfungsi mendegradasi selulosa yang berasal dari jerami, daun-daun atau bahan-bahan organik lain. Hasil dari pendegradasian tersebut, akan mendapatkan K dan unsur lain.

Kandungan P di tanah Indonesia menurut hasil penelitian para ahli tanah adalah masih banyak atau jenuh karena unsur tersebut masih terikat oleh mineral liat tanah, jadi tidak dapat termanfaatkan langsung oleh tanaman. Disinilah fungsi dari mikroba pelarut P tersebut, karena mikroba tersebut akan melarutkan/melepaskan ikatan Phosphat dalam mineral liat tanah, sehingga unsur P dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Menurut penelitian Dr. Lukman Gunarto, menggunakan 6 liter MiG-6PLUS pada 1 Ha lahan sawah, 3 kali aplikasi akan menghasilkan Nitrogen (N2) sebesar 90 kg atau sebanding dengan 200kg Urea, P sebesar 50kg atau sebanding dengan 100kg SP36/TSP dan K sebesar 50kg atau sebanding dengan 83kg KCL, hal inilah yang menjadi acuan mengapa setelah menggunakan MiG-6PLUS dapat menghemat penggunaan pupuk kimia. Penggunaan MiG-6PLUS tidak boleh dicampur dengan bahan-bahan kimia dan dilarutkan dengan air PAM (mengandung kaporit). Karena kandungan yang terdapat dalam MiG-6PLUS merupakan mahluk hidup, apabila penggunaannya disatukan dengan bahan-bahan kimia, akan menyebabkan tidak optimalnya mikroorganisme tersebut bekerja. Caranya sangat mudah, cukup disemprotkan pada tanah atau media tanam lainya atau disiramkan disekitar akar tanaman dengan dosis tertentu, dosis yang dianjurkan adalah 10ml pupuk hayati MiG-6PLUS dengan maksimum 2 liter air. Tidak masalah, apabila dosis yang diberikan terlalu banyak tidak akan membuat tanaman itu sakit, rusak atau mati. Malahan tanaman menjadi semakin subur. Produk-produk yang di keluarkan MiG corp. telah dikhususkan untuk budidaya tertentu agar hasil yang didapatkan menjadi optimal seperti: pupuk hayati MiG-6PLUS khusus untuk pertanian.


Bersambung ke bagian 6 yang dapat dilihat pada pustaka dibawah ini:


Pustaka:

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri & Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.

0 comments: